Mereka Yang Merindukan Nilai-Nilai Ilahi Itu Saudara-Saudari Kita

Uskup Timika saat memimpin misa harian, 25/01.


Timika, KAJPNews _ Uskup Timika, Mgr. Yohanes Philipus Saklil, Pr. dalam kotbah pada misa harian bersama karyawan-karyawati Kantor Keuskupan Timika mengetengahkan sebuah pertayaan ini, Siapakah saudara-saudari kita? (25/01/17).

Uskup Timika yang sering disapa Uskup John mempertegas pemahaman baru tentang Saudara-saudari kita yang digambarkan dalam bacaan Injil.

"Saudara dan saudari kita bukan saja mereka yang se-keturunan dan se-keluarga, tetapi mereka yang membutuhkan pertolongan dari kita. Mereka itu adalah para korban ketidakadilan, ketidakjujuran, mereka yang ditindas, diperlakukan secara tidak manusiawi, mereka yang menyadari situasi buruk bahkan kejahatan menimpanya tetapi tidak mampu karena segala peluang untuk bangkit dihalangi. Mereka itu adalah saudara dan saudari kita," kata Uskup John.

Menurut pemimpin Gereja Keuskupan Timika itu, mengapa mereka yang menjadi korban itu adalah saudara dan saudari kita? Ada dua hal yang perlu dikedepankan, yakni pertama karena mereka adalah MANUSIA yang diciptakan segambar dan secitra dengan Allah. Karena itu, harus diperlakukan sebagaimana manusia. Maka, Kedua, dikalah Manusia itu tidak diperlakukan sebagai manusia, maka disaat yang sama nilai-nilai hidup (nilai ilahi, kehendak Allah) itu dijajah, ditindas dan dibiarkan. 

Ketika nilai-nilai Ilahi atau kehendak Allah itu dijajah, iman kita mengajarkan untuk menegakkan kembali nilai-nilai itu dengan berbagai cara. Cara yang lazimnya dipilih adalah keberpihakan (atau dalam iman menjadi perantara) pada pihak korban. Keberpihakan pada mereka yang lemah bukan berarti membenci yang lain tetapi ketulusan yang murni untuk menegakkan nilai-nilai Ilahi dengan harapan membangun kesadaran publik (menegakkan nilai hidup yang dirindukan oleh para korban dan menyadarkan para penjajah nilai hidup).

Dalam upaya penegakan itu, Uskup Timika selalu menekankan bahwa kita harus mewartakan Firman Tuhan/Sabda Allah terus-menerus melalui ajaran-ajaran, kotbah-kotbah dan melalui tindakan iman kita. Untuk itu, salah satu tindakan iman yang dapat kita lakukan adalah menegakkan kebaikan dan kebenaran Allah ketika kebenaran dan kebaikan itu ditindas dan dijajah. Tindakan kita itu harus murni untuk menegakan nilai-nilai Ilahi, maka saat itu pula kita mewartakan penyadaran kepada pelaku penjajah dan mendekatkan korban pada nilai-nilai Ilahi yang dikubur sedalam-dalam oleh pelaku penjajah.

"Demikian juga Yesus dalam bacaan yang kita dengar hari ini menceritakan tentang keberpihakan dan kedekatan kepada orang-orang yang merindukan Nilai-nilai Ilahi yang diajarkan oleh Yesus. Yesus lebih memilih bersama dengan orang-orang yang merindukan sabda Allah dibanding saudara-saudari dan ibu-Nya yang mengedepankan kepentingan duniawi semata. 33 Jawab Yesus kepada mereka: "Siapa ibu-Ku dan siapa saudara-saudara-Ku?" 34 Ia melihat kepada orang-orang yang duduk di sekeliling-Nya itu dan berkata: "Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! 35 Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku, tegas Gembala Umat Keuskupan Timika"

Dari semua upaya keberpihakan adalah untuk menegakkan kebaikan dan kebenaran agar dapat menyadari, mengalami dan merasakan niali Ilahi itu hidup bersama dalam kehidupan manusia. Maka, tujuannya adalah agar sertiap orang merasa dan mengalami dekat dengan Tuhan. Dengan demikian, diharapkan setiap orang menjadi pelaku dan pewarta nilai-nilai ilahi atau menjadi pelaku sabda sabda Allah, harapnya, mengakhiri kotbah. (Segoo)
Share on Google Plus

About Admin

0 komentar: