Pasar Baru di Tokapo tampak sepi. Foto/Hengky B |
Keluhan atas keberadaan pasar baru itu sudah lama menjadi buah bibir di kalangan pedagang. Salah satu pedagang, Mama Demiana mengiyakan hal itu ketika dikunjungi di sekitar Pasar Lama. Ia mengaku, di Pasar Baru itu barang dagangannya tidak terjual akibat sepinya pembeli, maka dirinya kembali memilih untuk jualan di tempat lama. “saya jualan di sini karena di sini pembelinya banyak,”* ungkapnya dari eks Pasar di Moanemani, Senin, 14/11/2016.
Dikatakan, ia harus memutar jauh untuk tiba di Pasar Baru, pada hal jarak dari rumah ke pasar tersebut bisa ditempuh dengan jalan kaki bila ada jalan tembus di sekitar kali Tokapo. “sekitar pinggir kali kalau ada jalan tembus itu bisa. Setiap hari naik ojek juga tidak mungkin,”* ujar Mama yang bermukim di Ikebo ini.
Di tempat terpisah, hal sependapat juga disampaikan Mama Yuliana. Ia mengaku kalau keberadaan Pasar Baru itu sudah tambah jauh dari kampungnya. Dia mesti jalan kaki dari Distrik Dogiyai ke Distrik Kamuu Induk, dengan menempuh jarak kurang lebih sekitar lima kilo meter untuk tiba di pasar baru. Jika naik ojek, ia harus membayar mahal. “Di sana tidak ada pembeli. kalau naik ojek harganya tiga puluh ribu, pulang baliknya enam puluh ribu,”* katanya dari tempat jual dagangannya di Komakago.
Maka itu, lanjut Mama Yuliana, para pedagang dari Distrik Dogiyai sepakat untuk menjual hasil kebunya di pinggir jalan Trans Papua, Nabire-Ilaga, depan Kantor DPRD, di Komakago.
Akibat dari jarang adanya pembeli dan juga lokasi keberadaan pasar baru yang dirasa tidak strategis, para pedagang memili tempat yang tepat untuk menjual dagangannya. Beberapa tempat yang dijadikan para pedagang di seputar Moanemani, yakni di perempatan Kotopa, sekitar eks Pasar dan di samping Pompa Bensin-Mauwa serta depan Kantor DPRD-Komakago. Bahkan banyak pedagang juga yang harus rela keluar Kabupaten Dogiyai untuk menjual barang dagangannya, seperti ke Kabupaten Deiyai, Paniai dan Nabire. Sementara Pasar Baru yang berada di Tokapo itu terlihat sepi, hanya beberapa pedagang saja yang menjualnya.
* kutipan langsung diterjemahkan dari bahasa daerah (bahasa Mee).
(Jelatanews/Hengky Bobii)
0 komentar:
Post a Comment