Betapa rasa sedihnya hati,
dan sakitnya kesedihan,
tak sanggup menahannya,
semuanya terjawab dengan gemuruh kebuasan.
Kerikil-kerikil ini menewaskan kebebasan,
hidup didisiplinkan,
jaga ketat,
tak ada gerak walapun sekali saja.
Penderitaan melanda hidup,
ditemani pagar betis yang rasanya kokoh,
udara tak sedap selalu terhirup,
hingga dijadikan sarana diri Sang Ibu tiri.
Hati penuh kesedihan,
ingin rasanya mau bebas, dari bumi ancaman,
sungguh malang nasib anak tiri,
kekayaan miliknya dinikmati pemegang kuasa rumah.
Bagaikan hidup ditangan serigala yang haus dan lapar,
siap melahap,
merampas segalanya,
mengusir jauh hidup damai dan kebenaran.
Nasib selalu malang,
tak ada arti hidup bagi anak tiri,
segalanya terpenjara,
begitukah hidup anak negri.
begitukah hidup anak negri.
Selalu diatur hidup,
hidup bagaikan di tangan penguasa,
hidup selalu diambil olehnya,
sampai memberi kematian.
Bagaikan makhluk ciptaannya,
diinjak-injak,
hingga hancur lebur,
tak berwajah.
Sebenarnya kau harus memberikan aku ini,
kebebasan pada diriku,
agar aku mandiri,
mengatur diriku sendiri,
menuju kesuksesan abadi bersama sang Khalikku.
Honaratus Pigai
muye_voice@fwp
_Papua_2007
0 komentar:
Post a Comment