![]() |
Foto/Alex Waine - Di atas panggung rakyat saat membacakan syair puisi |
Tentang Arnold C. Ap
Arnold
AP, lahir di pulau Numfor, Biak 1 Juli 1945 menyelesaikan studi sarjana Muda
Geografi dari Uncen. Sewaktu jadi mahasiswa, ia turut bersama sejumlah mahasiswa
Universitas Cenderawasih dalam demonstrasi menantang kunjungan utusan PBB,
Ortiz Sans, untuk mengevaluasi hasil Pepera 1969.
Setelah
Pepera yang dilakukan dengan penuh kebohongan yang melanggar moral dan hukum disahkan
oleh PBB, Arnol C. Ap menyadari bahwa pendirian suatu negara Papua Barat yang terpisah
dari Indonesia terlalu kecil "peluangnya." Tapi semangat juang untuk
memperjuangkan identitas tetap diperjuangkan. Ia berusaha memperjuangkan agar
orang Papua dapat mempertahankan "identitas" kebudayaannya.
Dalam
kapasitasnya sebagai ketua Lembaga Antropologi dan kepala museum yang diberi
nama Sansakerta, Loka Budaya, ia mendirikan sebuah kelompok seni-budaya yang
mereka namakan "Mambesak".
Tujuan Mambesak sebagai suatu gerakan kebudayaan dan kesenian adalah untuk
menyelamatkan seni dan budaya Papua agar tidak punah dimakan peradaban modern,
akibat derasnya proses pembangunan. Namun Mambesak, ternyata dipandangsebagai
bahaya "laten" oleh aparat keamanan karena membangkitkan semangat
nasionalisme Papua.
Alhasil,
pada 30 Nopember 1983, Arnold AP ditahan oleh aparat keamanan. Malang tak bisa
ditolak, pada 26 April 1984, sang budayawan Arnold AP meninggal dunia, karena
ditembak oleh aparat keamanan karena ingin melarikan diri dari LP Abepura di
Jayapura (RobinOsborne, 1985 dan 1987: 152-153). Kematian sang budayawan, yang
dianggap berhasil mengakumulasikan dan mengintegrasikan kebudayaan masyarakat
Irian Jaya, dijadikan "simbol" pengukuhan terhadap identitas dan jati
diri orang Irian, yang merupakan cikal bakal tumbuhnya rasa nasionalisme Orang
Papua
Walaupun
Arnold Ap dan kawan-kawannya tidak ada
di bumi Papua secara fisik, tetapi secara roh dan semangat perjuangan mereka
untuk bangsa Papua selalu ada dan
terpatri di setiap generasi papua yang lahir darah mengalir diatas tanah Papua.
Mereka selalu membawa Arnold Ap kemana mereka berada. Mereka selalu menyuarakan
apa arti kebebasan bagi bangsa Papua. Suara mereka selalu terdengar dalam
lagu-lagu.
Mambesak
adalah suatu Group kebudayaan/musik daerah Papua yang didirikan pertama kali di
Universitas Cendrawasih Jayapura tahun 1978 yang di pelopori oleh Arnold C.Ap
Kata
"mambesak" di ambil dari bahasa Biak yang berarti burung suci (burung
Cendrawasih) walaupun saat ini ada beberapa penulis yang mengartikan mambesak
sebagai "burung nuri".
Daftar
Label Kaset "mambesak" - Vol.I Tahun 1978, Vol
II Tahun 1980, Vol
III Tahun 1980, Vol
IV Tahun 1982,Vol
V Tahun 1983, dll.
Group
Mambesak, membangkitkan kembali kesadaran masa akan jati dirinya sebagai Bangsa
Papua yang di lakukan oleh Arnold Ap ini bagi Ibe Karyanto adalah berusaha
membangun budaya pembebasan bagi rakyatnya yang tertindas dalam bidang seni
sekalipun karena dominasi musik gereja dan musik melayu yang sedang melanda
Tanah Papua saat itu. Arnold Ap dengan Grup Mambesaknya yang terus menggeliat
di Tanah Papua membangun begitu banyak kesadaran di tingkat masa rakyat mampu
membangkitkan bukan cuma kesadaran dirinya tapi juga kesadaran politik.
Sehingga tak heran kalau lagu-lagu mambesak pada tahun 80-an hingga tahun 90-an
menyebar sampai ke daerah paling jauh di pedalaman Papua bahkan sampai
disiarkan oleh siaran radio Papua Nugini (George Junus Aditjondro,2000)
Mengenang Arnold C. Ap
Ikatan
Pelajar dan Mahasiswa Tambrauw (IMPT)
adalah sejumlah anggota pelajar dan Mahasiswa Papua yang berdomisili di Daerah Istimewa
Yogyakarta. Pada tanggal 26 April adalah moment yang tepat
bagi seluruh Manusia Papua untuk mengenang kembali pahlawan Papua yang
telah gugur di atas tangan kolonial Indonesia.Pada tanggal itu, IMPT
Istimewa Yogyakarta mengenang kematian Arnlod Ap, dengan mementaskan sebuah
Drama berjudul Promosi Panggilan dan Puisi. Dalam drama dan Puisi tersebut ada
pesan yang disampaikan. Pesannya adalah perlu membangun persatuan dan kekompakan.
Bagi orang Papua hidup akan menjadi sebuah misteri belaka tanpa persatuan dan kekompakan. Kedua hal ini perlu dibangun karena
dengannya kita dapat membangun masa depan dengan baik. Kalau tidak jangan pernah omong merdeka,
karena perjuangan merdeka tanpa persatuan dan kekompakan orang mudah
mengalahkan. Karena itu, dalam kehidupan perlu bangun kebersamaan dan persatuan
membangun suatu kekuatan untuk terus berjuang dan melawan apa yang salah.
Tinggalkan egomisme, tinggalkan sukuisme mari kita membangun persatuan tanpa
batas perjuangan sampai menang.
Perjuangan
kemerdekaan membutuhkan pengorbanan yang luar biasa dahsyat seperti yang kita
alami sejak Aneksasi Papua masuk bergabung NKRI sampai detik ini. Pemerintah
Indonesia berupaya untuk memusnahkan manusia Papua diatas tanahnya, karena pada
dasarnya pemerintah indonesia tidak membutuhkan manusia Papua tetapi mereka
membutuhkan kekayaan alam yang ada di Papua.
Kesaksian
demi kesaksian dalam kesakitan yang panjang, semakin hari semakin menurun
populasi penduduk asli papua. Patut di pertanyakan ini tingkah laku siapa...?
Apakah kita tetap diam menahan siksaan ini...?
Mari
membangun persatuan tanpa batas, perjuangan sampai Menang
Lawan
sampai Merdeka...!!!!
One
Day We Will Free
Oleh: Alex Waine, Mahasiswa Papua Yogyakarta
0 komentar:
Post a Comment