Pendidikan Di Dogiyai Sedang Mati, Puluhan Tenaga Pendidik Duduki Kantor DPR


Masa Aksi saat memasuki Halaman Kantor DPR Dogiyai. Foto/Hengky B

Dogiyai, Jelatanews - Puluhan tenaga pendidik, mulai dari Guru, Pengawas dan Tenaga Honorer dari Paud/TK hingga SMA / SMK  di bawah payung Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) turun aksi di Kantor Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Dogiyai, Rabu, 30/08/2018. Mereka tuntut agar segera menyelesaikan beberapa masalah seputar pendidikan di Kabupaten Dogiyai.

Ketua PGRI Kabupaten Dogiyai, Yustinus Agapa, S.Pd dalam orasinya menyebutkan, persoalan Pertama adalah masalah tanah, di mana pemilik ulayat menuntut berbagai macam tuntutan, akibatnya guru-guru di lapangan menjadi sasaran ancaman dan sering dapat pukulan dari pemilik ulayat, karena itu para guru mendesak agar pihak Legislatif dan Pemerintah segera berupaya dan melunasi lokasi sekolah yang masih bermasalah.
“Pemerintah Kabupaten Dogiyai segera bayar lokasi pendidikan di setiap sekolah TK sampai dengan SMA/SMK, ujar ketua PGRI dalam orasinya di hadapan DPR.
Ketua PGRI Kab. Dogiyai dan ketua yayasan YPPGI Dogiyai saat berorasi di halaman kantor DPR Dogiya. Foto/Hengky

Ia melanjutkan, Persoalan berikutnya adalah anggaran untuk guru honor dan klining servis di kantor Dispora sebesar 13 miliar selama satu tahun, namun yang dianggarkan hanya 8 miliar karena itu didesak agar segera anggarkan sisa dana  sebesar 5 miliar supaya proses KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) maupun pengolaan teknis di Dinas Pendidikan bisa berjalan lancar.

Para guru bersama ketua PGRI meminta agar dua tuntutan tersebut harus diselesaikan sebelum 8 Agustus, jika tidak, maka mereka sepakat dan berjanji untuk mogog menjagar.
“apabila tuntutan kami tidak dijawab sampai tanggal 8 agustus, maka mulai tanggal 9 kami akan mogog menjagar. Semua sekolah dari TK sampai SMA/SMK  kami tutup,” tegas Ketua PGRI.

Aksi para Guru ini diwarnai dengan Peti Mati yang bertuliskan “Pendidikan Dogiyai Menuju Liang Kubur” dan Salib dengan tulisan “Pendidikan Dogiyai Koyaa Uwii (Pendidikan Dogiyai Selamat Jalan)”. Mereka juga membawah karangan bunga serta berbagai spanduk dengan tulisan terkait masalah dan tuntutan. Para tenaga pendidik  melakukan aksi tersebut dimulai dari halaman kantor Dispora dan berjalan kaki kira-kira sejauh 2 km untuk sampai di kantor DPR Dogiyai.

Di halaman Kantor  DPR, para Guru melatakkan Peti sebagai simbol matinya pendidikan di Dogiyai, mereka juga meletakan karangan bunga yang bertuliskan turut berduka di seputar peti dari masing-masing tingkat pendidikan, mulai dari  Paud, TK hingga SMA & SMK serta dari Lembaga PGRI dan dua Yayasan yakni YPPK dan YPPGI.
Perwakilan Yayasan YPPGI menaru karangan bunga disamping petisebagai rasa duka atas meninggalnya Pendidikan Dogiyai. Foto/Hengky B

Dihadapan masa aksi itu, Ketua Komisi B DPR  Dogiyai yang membidangi pendidikan, Yusak E. Tebay mengatakan, karena tak mudah untuk mencairkan dana sebesar lima miliar dalam sehari, maka dijanjikannya akan mengadakan diskusi bersama legislatif, eksekutuf dan pihak terkait.
“sebelum tanggal 8 kita akan adakan pertemuan segi tiga bersama eksekutif, legislatif dan para guru,” kata Yusak.

Terkait dengan peti, Yusak Tebay mengatakan Pendidikan belum mati, masih ada harapan karena itu tidak boleh dibawah ke mana-mana tapi  titip sementara di Kantor DPR.
“pendidikan belum mati, pendidikan masih dalam infus jadi kalau bisa titip di kantor sini,” pintanya.

Masa aksi setuju dengan tanggapan Ketua Komisi B DPR itu sehingga peti mati dititip sementara di kantor DPR dan mereka membubarkan diri.

(Jelatanews/Hengky Bobii)
Share on Google Plus

About Admin

0 komentar: