KBM Tidak Jalan, Wali/Orangtua Anak Murid Palang Sekolah

Foto Doc. Sr Pia.


Agimuga, Timika, Jelatanews - SD YPPK Bulujauki Aramsolki dipalang pada 9 Februari 2017 dengan alasan kegiatan belajar mengajar tidak berjalan selama satu bulan.
Bapa Bavo Tsunme yang mewakili tokoh masyarakat adat di Aramsolki mengatakan ketidaksetujuannya untuk membiarkan sekolah tertutup begitu saja.
“Saya tidak terima sekolah tidak buka dan guru-guru tidak mengajar anak-anak kami. Pendidikan itu penting, maka guru-guru harus datang dan mengajar karena anak-anak adalah generasi penerus orang Amume,” katanya ketika dimintai alasan pemalangan.
Menurut mantri yang bekerja melayani pasien secara sukarela hingga kini di poliklinik Frankenmolen Aramsolki, tanggal mulai sekolah adalah tepat 9 Januari.
“Sekarang sudah tanggal 9 Februari. Ini sudah satu bulan penuh, baru kepala sekolah dan guru-guru buat apa di kota?” tanyanya dengan nada bingung.
Foto Doc. Sr Pia.
Pada kesempatan yang sama, kepala desa Aramsolki, Otto Maubak yang juga mewakili wali/orangtua murid membenarkan tindakan itu. Katanya, “Saya juga mendukung, ini merugikan anak murid karena mereka adalah harapan Agimuga.”
Menurut pantauan media ini, Suster Pia Rumngewur TMM yang mengajar agama di sekolah ini mengatakan, kuncinya dibawa oleh kepala sekolah sehingga tidak bisa buka sekolah lagi.
“Tahun lalu itu saya, Frater, Suster Alfonsa dan Yulita Dolain yang membuka sekolah dan mengajar selama satu bulan lebih sampai kepala sekolah dan guru-guru datang tetapi sekarang kami tidak bisa buka dan mengajar karena kunci juga dibawa pergi oleh kepala sekolah,” komentarnya.

Dikatakan demikian karena menurut beliau sebelumnya, ia adalah wali kelas II, maka kunci sekolah dititipkan kepadanya sehingga 4 orang itu dapat mengajar. Namun kini, ia hanya mengajar agama sehingga kunci sekolahpun ikut bersama dengan kepala sekolah ke kota.
Sementara tanggapan dari para petugas pastoral paroki Kebangkitan Agimuga, yang diwakili oleh  Suster Alfonsa Batfin TMM mengatakan, SD Kiliarma dan SD Amungun serta SMP Negeri juga, tetapi PAUD-PAUD di Agimuga dan SD di Aramsolki lebih parah, KBMnya tidak berjalan.
“Di SD YPPK Amungun, hanya ibu guru Fransiska Anggaibak saja yang mengajar. Sama juga di SD YPPK Kiliarma, Ibu guru Ratna yang mengajar dan dibantu oleh Pak guru Petrus Syufi (mantan kontrak, kontrakannya ditarik belum lama ini oleh Yayasan YPPK <mantan PSW>). Sementara di SMP Kiliarma, kepala sekolah dan pak guru Petrus Syufi siap mengajar tetapi anak murid yang tidak datang,” katanya.
“Namun di sini lebih parah, kepala sekolah sampai guru-guru tidak ada, sudah satu bulan lebih tidak ada kegiatan belajar mengajar. Anak-anak ini kasihan sekali, mereka punya hidup ke depan susah kalau begini terus,” sambungnya.
Sejauh pemantauan media ini, hampir semua sekolah-sekolah YPPK yang ada di distrik Agimuga mengalami hal yang sama, termasuk Taman Bermain Anak-Anak (TK) atau Pendidikan Usia Dini (PAUD) YPPK. Bahkan ada yang sedang berjuang untuk menjadikan sekolah negeri maka para wali dan orangtua murid SD YPPK Bulujalauki Aramsolki berharap perluh adanya kerja sama yang baik antara pemerintah (dinas P dan K) dan yayasan YPPK (PSW) agar menerapkan sistim pendidikan yang baik layaknya sekolah katolik sehingga kualitas anak didik meningkat demi masa depan orang Amume. (Silvester Dogomo)
Share on Google Plus

About Admin

0 komentar: