Ini Catatan Komisioner Komnas HAM RI Terkait Sweeping Eksesif di Dogiyai



Dogiyai, Jelatanews - Terkait Sweeping yang eksesif di kabupaten Dogiyai, Komisioner Komisi Nasional (Komnas) Hak Asasi Manusia (HAM) Republik Indonesia (RI) memberi beberapa catatan untuk menormalisasi kembali hubungan yang baik antara masyarakat dan pihak kepolisian.

“Harus menormalisasi hubungan yang baik antara masyarakat dan pihak kepolisian,” pinta Komisaris Komnas HAM RI, Natalis Pigai, Sabtu (28/1/2017) di halaman Aula Koteka Moge Moanemani, kabupaten Dogiyai, Papua.

Maka itu pertama, kata Natalis Pigai, patroli itu hal yang biasa saja, tetapi dalam pelaksanaan patroli harus memperhatikan kaedah-kaedah HAM karena ada peraturan Kapolri No. 8 Tahun 2009 Tentang Pelaksanaan Tugas Kepolisian yang berpedoman pada prinsip-prinsip HAM.

Kedua, memastikan pemerintah daerah dan pihak kepolisian di Dogiyai kerjasama secara baik untuk menjaga ketentraman, bukan berarti melakukan sweeping, tetapi untuk menjaga pelaksanaan pilkada itu secara baik dan aman karena saya sudah memastikan bahwa persiapan pilkada di kabupaten Dogiyai ini hampir 80 persen sudah siap, tinggal menunggu kampanye dan mobilisasi logistik.

“Cuma itu saja yang belum, semua sudah siap dari sisi anggaran dan kertas suara, oleh karena itu kita ingin supaya dalam pilkada itu berjalan secara baik supaya rakyat bisa memilih secara aman dan tertib tanpa paksaan, maka memastikan jangan mengganggu  kehidupan masyarakat,” terangnya.

Yang terakhir, terkait dengan adanya kekerasan verbal di Papua, kata-kata yang berkonotasi merendahkan martabat orang Papua seperti kotor, kulit hitam, kumis, badaki, telanjang dan miskin. Kata-kata ini sering dikeluarkan oleh aparat keamanan dan sudah berlangsung selama 50 tahun di Tanah Papua sejak berintegrasi dengan Indonesia.

“Kekerasan  verbal ini merupakan  sebuah wujud lain daripada bentuk arogansi kekuasaan dari suku, agama dan budaya lain, karena itu tolong supaya kedepan jangan lakukan kekerasan verbal terhadap orang Papua,” pinta Pigai.

Kalau anda tidak mau menerima, lanjutnya dengan tegas, orang yang kotor, badaki, kumal, terlanjang, berkumis, rambut gimbal, ngapain kamu datang kesini. Kamu datang kesini untuk menyesuaikan diri dengan kondisi mereka.

Sebab menurutnya, orang Papua membutuhkan peradaban yang panjang untuk sampai pada tingkat kehidupan seperti yang diinginkan mereka. Proses ini menurutnya mengalami evolusi yang panjang.

“Tidak bisa dipaksakan hari ini mereka ganti sepatu, potong rambut, mandi pagi, siang dan sore, meskipun itu benar, tapi tidak boleh paksa. Biarkan mereka akan mengalami perkembangan pelan-pelan sampai pada tingkat-tingkat kehidupan yang sebagaimana ada di dunia lain,” jelasnya.

Karna itu, lanjutnya, jangan merendahkan orang Papua dengan kata-kata kotor, yang merendahkan martabat orang Papua.
Share on Google Plus

About Vitalis Goo

0 komentar: