Sebarkan ! "Share"...
![]() |
Octovianus Mote, Secretary General of United Liberation Movement for West Papua. |
Papua……Merdeka 3x
Dari pasifik kita
melangkah ke dunia Internasional
Seluruh rakyat
bangsa Papua Barat yang tersebar di seluruh dunia, khususnya yang hari ini
kumpul di Lembah Agung Balim-Jantung Papua, Wilayah Adat Lani Pago. Saya atas
nama pribadi dan keluarga serta seluruh pengurus United Liberation Movement for
West Papua|ulmwp baik yang di luar negeri maupun di tanah air saya hendak
menyambut dengan salam khas dari Wilayah ini yang kini popular di seluruh
dunia, waa….waa… waaa….. waaaa.
Hari ini,
sebagaimana biasa setiap tanggal 1 Desember kita berkumpul untuk rayakan
peristiwa yang terjadi 54 tahu lalu di Holandia Baru. Yakni saat bendera
bintang kejora dikibarkan untuk pertama kali dan lagu kebangsaan Hai Tanahku
Papua dinyanyikan serta simbol nasional lainya seperti nama bangsa dengan
wilayahnya di umumkan. Peristiwa ini dilihat pula sebagai saat lahirnya sebuah
bangsa baru bernama Papua Barat. Tentu saja pandangan demikian itu ada
benarnya, karena kalau saja Belanda dan bangsa barat tidak menghianati apa yang
mereka wartakan, Bangsa Papua semestinya merupakan negara pertama yang merdeka
dari berbagai kolonial eropa yang menguasai bangsa bangsa di wilayah Melanesia,
Polinesia dan Micronesia.
Sayang, sejarah
berputar kearah yang berbeda. Negara Kolonial Belanda keluar denga watak
aslinya sebagai bangsa pedagang, mereka sama sekali tidak pedulikan dengan
nasib dan masa depan bangsa Papua. Mereka sama sekali tidak melibatkan pemimpin
resmi bangsa Papua yang sudah mereka siapkan selama kurang lebih 10 tahun
sebelumnya. Belanda dan Amerika sama sekongkol untuk jual bangsa Papua kepada
kolonial baru bernama Indonesia melalui perjanjian New York yang di tanda
tangani di markas besar PBB di kota New York pada tanggal 15 Agustus 1962.
Perjanjian ini merupakan lebih dari sebuah transaksi perbudakan. Karena yang di
jual adalah bukan saja kebebasan dari 1025 orang yang di ditodong dengan
moncong senjata melainkan yang mereka perdagangkan adalah nasib dan masa depan
sebuah bangsa: bangsa Papua. Sebagai imbalannya, Belanda menikmati keuntugan
ekonomi dari berbagai perdagangan hingga hari ini dan Indonesia membayar
Amerika dengan menyerahkan gunung emas Nemangkawi dari tanah papua yang di tambang
oleh perusahaan raksasa Freeport MacMoRan.
Saudara saudari
rakyat bangsa Papua yang saya hormati. Setiap kali kita memandang bintang
kejora dalam apapun bentuknya senantiasa memperkuat sentimen kebangsaan kita.
Setiap kali kita menyanyikan lagu Hai Tanahku Papua, membakar rasa cinta akan
tanah air kita, Tanah Papua. Semua itu merupakan darah yang mengalir dalam diri
setiap anak negeri yang terus bahu membahahu berupaya mewujudkan negara Papua
Barat. Kemerdekaan itu diperjuangkan silih berganti oleh berbagai kepemimpinan
nasional melalui aneka wadah nasional yang diawali oleh Komite Nasional Papua
Barat (1961), Kongres Rakyat Papua II (2000) hingga United Liberation Movement
for West Papua (2014).
Sekali lagi kalau
dalam Kongres Papua I menghasilkan simbol simbol nasional maka dalam kongres
Papua kedua, rakyat papua melalui resolusinya memutuskan bahwa sejarah
integrasi Papua ke dalam wilayah Republik Indonesia di luruskan. Yakni bahwa
(aa) rakyat Papua Barat adalah berdaulat sebagai sebuah bangsa sejak 1 Desember
1961, bahwa (bb) rakyat bangsa Papua menolak perjanjian new york baik dari sisi
moral maupun hukum karena di susun tanpa melibatkan perwakilan bangsa papua dan
bahwa (cc) rakyat bangsa Papua melalui Kongres II menolak hasil pepera (hak
penentuan nasib sendiri) karena di laksanakan secara paksa, penuh intimidasi
dan pembunuhan secara sadis, disertai aneka kejahatan militer dan berbagai
macam perilaku tidak tidak bermoral yang bertentangan dengan prinsip-prinsip
hak asasi manusia. Dan karena itu melalui Kongres II ini rakyat bangsa Papua
menuntut PBB untuk membatalkan resolusi 2504, 19 November 1969.
Dalam perjalanan
sejarah bangsa Papua yang demikian ini, ULMWP sadar akan tugasnya dalam
mewujudkan kedaulatan bangsa. Tantangannya adalah bagaimana bisa memastikan
dukungan dari (paling tidak) 1 per tiga jumlah anggota Negara Anggota PBB.
Untuk itu, ULMWP merobah pola diplomasi, tidak seperti di tahun 60an dan
sesudahnya yakni lobbynya tidak lagi bertolak dari Papua ke dunia barat dan
Africa. ULMWP focuskan dukungan dari negara negara di kawasan Pasifik. Dalam
dua tahun pertama, ULMWP memperkuat basis dukungan di seluruh kawasan ini
melalui jaringan adat, NGO, Gereja adan kalangan terdidik serta politisi.
Secara kelembagaan, ULMWP menjadi anggota oberserver dan kini dalam proses
menjadi anggota penuh MSG. Dalam tahun kedua dukungan itu meningkat dari
wilayah Melanesia kepada polinesia dan Micronesia melalui wadah baru bernama
Pasifik Island Coalition on West Papua atau PICWP yang dibentuk atas inisiative
dari Perdana Menteri Solomon Island, Manase Sogovare yang juga adalah Ketua
MSG.
Darisi sisi dukungan
politik, Lobby ULMWP berhasil memasukan masalah Papua menjadi salah satu
masalah utama di kawasan pasifik. Dalam sidang tahunan (2015) Negara Negara Anggota
Forum Pasifik|PIF memutuskan untuk mengirim tim pencari fakta ke papua.
Indonesia menolak dan keputusan ini tidak bisa di wujudkan tetapi secara
politik kita menang. Dalam sidang tahun ini (2016) pimpinan Negara anggota PIF
dalam Komunike kembali memutuskan bahwa masalah papua akan selalu menjadi
agenda pimpina dalam setiap pertemuan tahunan. Selain itu, tidak kurang dari 7
Negara bersama sama mengangkat masalah Papua. Isinya bukan saja mempersoalkan
aneka masalah pelanggaran hak asasi Manusia. Lebih daripada itu mereka minta
tanggungjawab PBB untuk intervensi termasuk menggugat tanggungjawab dalam
membuka kembali menguji keabsahaan daripada perjanjian new York and
pelaksanaannya.
Saudara saudari
rakyat bangsa Papua. Kerja keras anggota ULMWP pun tidak hanya terbatas di
kawasan pasifik tetapi juga terjadi di Indonesia. Rakyat Indonesi terutama di
kalangan terdidik sudah mulai akui aneka kejahatan yang dilakukan pemerintah
dan militer Indonesia terhadap rakyat papua barat. Lebih daripada itu dalam
minggu ini kita baru menyaksikan dideklarasikannya Front Rakyat Indonesia untuk
West Papua (FRI-West Papua). Gerakan rakyat Indonesia inipun kini meningkat
kepada dukungan terhadap hak bangsa Papua Barat untuk merdeka sebaga bangsa
berdaulat. Sementara itu, rakyat berbagai kelompok orang Papua di Belanda pun
bangkit untuk menuntut dalam sebuah gugatan hukum tanggungjawab Belanda yang
lalai dalam melindungi kepentingan rakyat Papua. Dalam proses gugatan secara
hukum tersebut, sejawak awal mereka melakukan konsultasi dengan United
Liberation Movement for West Papua. Dan akhirnya perlu dipahami bahwa
kebangkitan negara negara di pasifik ini membuat tidak sedikit negara anggota
PBB dari berbagai belahan bumi lainnya yang terpukau dan mengikuti secara
serius setiap perkembangan yang terjadi di Indonesia dan Papua.
Kita patut bersyukur
dan berterima kasih kepada Tuhan atas semua kemajuan diatas. Karena semua
terjadi sebagai buah dari kasih karuniaNya. Selain itu, dibalik kemajuan di
atas kini kita dihadapkan pada tantangan yang semakin hari semakin berat.
Karena itu ULMWP memerlukan dukungan doa dan dana dalam menunjang aneka lobby
politik di berbagai belahan bumi. Karena sejak bulan September 2016 focus lobby
sudah bergeser dari Pasifik kepada dunia. Focus utama ULMWP bukan lagi semata
mata memastikan keanggotaanya di MSG melainkan bagaimana membentuk Kualisi
Pendukung Papua Barat di berbagai belahan bumi lainnya. Dukungan ini bukan
sekedar dalam bentuk sekali dua kali pernyataan politik tetapi dukungan yang
konsisten termasuk ikut mencari dukungan anggota PBB lainnya. Semua orang Papua
perlu bangkit untuk lobby dengan caranya sendiri berbagai maam negara di dunia
darimana pun kita berada. Kasih tahu kepada mereka bahwa kami mohon suara
dukungan mereka dalam ketika anggota PBB bersama sama membatalkan resolusi 2504
tahun 1969 dan membiarkan bangsa papua hidup berdaulat secara damai.
Allah Bangsa Papua
dan leluhur moyang kita, seluruh darah dari pejuang terdahulu kita memberkati
kita sekalian.
Papua…..Merdeka 3 x
Octovianus Mote
Secretary
General of United Liberation Movement for West Papua
33 Nassau A33 Nassau
Ave, 2nd floor unit 87, Brooklyn, New York, 11222. Phone: + 1 917 7203641.
Mobile: + 1 203 520 3055. email: tuarek61@gmail.com
Sumber: www.tabloid-wani.com
0 komentar:
Post a Comment