![]() |
Ilustrasi Foto Google |
Pendidikan memegang
sebuah peranan penting dalam membangun peradaban suatu bangsa. Pendidikan
dijadikan sebagai satu tolak ukur dari maju tidaknya suatu bangsa. Semakin
tinggi kualitas pendidikan suatu bangsa maka semakin tinggi pula tingkat
kesejahteraan rata-rata penduduk tersebut. Contohnya adalah Singapura, yang
mampu menyeimbangkan antara kualitas pendidikan dan tingkat kesejahteraan
masyarakatnya.
Hal senada pernah
diungkapkan oleh mantan Presiden Afrika Selatan, Nelson Mandela yang mengatakan
bahwa “Pendidikan merupakan senjata yang
ampuh dalam mengubah peradaban suatu bangsa”. Peranan pendidikan dalam
suatu bangsa menyentuh hampir semua aspek dalam kehidupan manusia, mulai dari
pengetahuan yang di dalamnya terdapat ilmu sains, teknologi, dan aspek moral
dari masing-masing individu.
Berbicara mengenai
pendidikan, menurut saya tidak terlepas dari tiga fondasi utama yang membentuk
individu dalam mencapai tujuan pendidikan yaitu untuk memanusiakan manusia.
Fondasi ini memiliki peran yang kuat dan memegang fungsi yang saling mendukung
satu dengan lainnya.
Fondasi pertama
adalah sekolah. Sekolah cenderung menjadi satu-satunya tumpuan orangtua dalam
mendidik seorang anak untuk menjadi lebih baik. Bahkan terkadang, sekolah
dianggap seperti sebuah “bengkel”, masuk dalam keadaan rusak dan keluar dalam
keadaan baik atau normal. Hal ini cenderung tendensius, terkadang keseimbangan
antara pendidikan yang diberlakukan di sekolah dan di luar sekolah menjadi bias
dan bahkan tidak sepadan.
Fondasi kedua
adalah lingkungan, yang di dalamnya termasuk tempat bermain dan juga tempat
beribadah. Tempat beribadah memegang peranan penting dalam upaya pembentukan
individu. Ini tidak terlepas dari bagaimana secara spiritual pembimbingan
rohani kepada individu terus digerakkan serta mengajarkan anak mengenal Sang
Pencipta.
Implementasinya
berupa berbagai kegiatan tertentu yang bisa membantu seseorang menjadi lebih
beradab atau pun memiliki moral yang baik, seperti pesantren kilat untuk
pelajar Muslim serta retreat untuk pelajar Kristiani. Hal ini senada dengan
sila pertama Pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.
Fondasi ketiga
yang menjadi pendukung keberhasilan pendidikan yang ditanamkan pada seorang
anak adalah keluarga. Keluarga menjadi sebuah tempat yang di dalamya seorang
dapat berekspresi serta tidak jarang mendapat pengetahuan baru yang terkadang
tidak didapatkan di sekolah, tempat beribadah atau teman bermain anak.
Di dalam keluarga,
anak sejak kecil diajarkan hal-hal mendasar seperti menggunakan sendok makan,
menggunakan toilet dengan benar, menggosok gigi sebelum tidur. Aspek moral
lainnya juga menjadi bagian dari pendidikan di dalam keluarga seperti berdoa,
membaca Kitab Suci. Inilah yang disebut sebagai pendidikan awal yang diterima
oleh anak. Tambahannya, di dalam keluarga seorang anak juga dapat menerapkan
berbagai pengetahuan yang diterima di sekolah atau pun tempat lain serta
menjadi tempat berdiskusi tentang berbagai hal.
Kedekatan yang
dibangun di dalam keluarga mampu menjadikan anak semakin mengerti adanya cinta
kasih yang selalu mendukung dan mengarahkan perilaku anak ke arah yang lebih
baik. Dalam lingkungan keluarga juga, anak bisa menyaksikan bagaimana figur
seorang ayah dan ibu. Bagaimana kedua peran ini terlibat dalam mengatasi
berbagai macam masalah dan berjuang bersama-sama dalam menjalani kehidupan.
Pelajaran berharga yang tidak akan didapatkan oleh anak di sekolah atau pun
tempat lainnya.
Keluarga merupakan
lingkungan belajar pertama yang diperoleh anak dan akan menjadi tempat
meletakkan fondasi yang kuat untuk membentuk karakter pada saat dewasa.
Pendidikan yang diberikan dalam keluarga akan mencerminkan bagaimana perilaku
anak dalam menghadapi persoalan kehidupan kelak.
Peran seorang ayah
di dalam keluarga mengajarkan anak arti wibawa, ketangguhan, kebijaksanaan dan
juga kerja keras. Figur seorang ibu memberikan pelajaran tentang mengasihi
dengan tulus dan tanpa batasan, kemandirian serta kemampuan manajerial baik
dalam mengatur keuangan dan mengatur waktu dalam keseharian. Berbagai hal ini
dapat mewujudkan terciptanya suasana kondusif dalam membina karakter.
Ada banyak hal yang
dapat dilakukan oleh orangtua dalam memberikan pendidikan karakter, mengajarkan
prinsip hidup. Walaupun di dalam keluarga tersebut Ayah dan Ibu disibukkan
dengan berbagai pekerjaan, orangtua diharapkan untuk menyempatkan waktu untuk
berkumpul dengan keluarga. Hal yang penting adalah bagaimana peran orangtua
untuk tetap memprioritaskan anak dan keluarga dengan berbagai cara khusus yang
dilakukan dalam komunikasi serta cara menanamkan nilai-nilai hidup.
Tentu kita masih
ingat dengan satu tokoh penting yang membawa perubahan di Inggris. Tokoh yang
tangguh dan penuh perjuangan. Ia adalah Margareth Thatcher, seorang Perdana
Menteri wanita pertama dan terlama dalam masa jabatannya yaitu tiga periode
(1979-1990). Terlepas kesibukannya dalam upaya memajukan negaranya, Margareth
Thatcher juga tidak mengesampingkan perannya sebagai seorang ibu bagi
anak-anaknya serta peran sebagai seorang istri bagi Denis Thatcher.
Dalam kesehariannya,
Margareth masih menyempatkan waktu untuk menyiapkan sarapan bagi anak-anaknya
serta mendampingi suaminya untuk makan malam bersama. Margareth telah menunjukkan
teladan secara langsung memberikan pelajaran penting bagi anak-anaknya, yaitu
bahwa keluarga tetap menjadi prioritas utamanya. Kedekatan yang dibangun dan
harmonis dalam rumah tangga tetap terjalin di tengah penuhnya jadwal
kesehariannya.
Tokoh lainnya adalah
Wali Kota Surabaya yaitu Ibu Tri Rismamaharini. Tentu sebagai seorang Wali
Kota, beliau memiliki kesibukan setiap harinya. Tetapi hal tersebut tidak
membuat beliau untuk tidak menjadikan beliau mengabaikan tugas utamanya dan
mengajarkan prinsip hidup kepada anak-anaknya. Beliau memiliki caranya sendiri
dan sangat unik dalam mengajarkan karakter terhadap anak-anaknya.
Pendekatan yang
diberikan adalah dengan mengajarkan anak-anaknya untuk jujur dan transparan
dalam penggunaan uang. Setiap pembelian yang dilakukan oleh anak-anaknya harus
ditunjukkan dengan pertanggungjawaban yang ada. Hal ini dia lakukan untuk
sebagai wujud dalam memulai langkah anti korupsi. Selain itu, beliau juga
mengajarkan anak-anaknya untuk tetap rendah hati dan hidup dalam kesederhanaan
seperti membatasi dua seragam sekolah saja kepada anak-anaknya.
Ironisnya, saat ini
peran keluarga banyak digantikan oleh berbagai hal termasuk teknologi.
Kesibukan ayah dan juga ibu terhadap pekerjaannya masing-masing cenderung
membuat anak semakin terlihat tidak terkendali. Prinsip “quality time means
quantity time” menjadi terabaikan dan cenderung tergantikan dengan hal lain.
Apalagi untuk menunjukkan cinta orangtua terhadap anak, beberapa orangtua
menyediakan semua fasilitas yang berbasis teknologi seperti games, komputer dan
internet yang didalamnya anak bisa menghabiskan waktu selama berjam-jam.
Tidak ada yang salah
dengan semua fasilitas tersebut, tetapi akan menjadi tidak tepat ketika
memberikan semua sarana tanpa adanya pengawasan dan control dari orangtua
terhadap anak. Tanpa pengawasan yang cukup baik terhadap anak, maka anak akan
dengan mudah mengakses konten yang justru belum seharusnya mereka lihat seperti
pornografi serta berbagai permainan yang mengarah pada kekerasan.
Mungkin hal ini
belum terlihat dalam jangka waktu yang sangat singkat, tetapi ketika dibiarkan
terus menerus, justru akan berdampak buruk terhadap perilaku anak di sekolah
atau pun pada saat bergaul dalam lingkungan masyarakat. Salah satu yang mungkin
menjadi dampaknya adalah perilaku seksual menyimpang. Dampak lain yang mungkin
terjadi adalah keterlibatan dalam tindakan kriminal dan bahkan menjadi korban
akibat hubungan yang dijalin dengan orang yang dikenal melalui media sosial.
Perlunya pendidikan
di dalam keluarga menjadi sebuah tantangan yang besar bagi orangtua di zaman
yang serba modern ini. Tanpa disadari dengan perlahan peran keluarga terlebih
orangtua seakan tergantikan oleh berbagai fasilitas serta para pembantu rumah
tangga yang cenderung belum terdidik. Sedini mungkin keluarga diharapkan bisa
memberikan pendidikan yang kritis yaitu pendidikan yang sesuai dengan
perkembangan anak.
Terlebih menjadikan
keluarga sebagai sebuah wadah yang di dalamnya ada cinta kasih dan kenyamanan
bagi anak. Selain itu, karakter luhur dan nilai-nilai dasar di dalam kehidupan
sedang dibentuk juga di dalam keluarga. Diharapkan dengan terjalinnya hubungan
yang harmonis dalam keluarga dan terjaganya perilaku yang baik terhadap anak
dapat menjadikan anak memiliki nilai dan karakter atau pribadi yang baik.
Suhandy Manik
0 komentar:
Post a Comment