Mene Ketehe Siapa tahu Yaro



Di suatu kampung pinggiran ibu kota Kabupaten yang baru dimekarkan hiduplah seorang yang sangat terkenal. Ia adalah bapak Simon. Bapak Simon terkenal bukan karena pintar, pendidikannya tinggi dan bukan juga karena orangnya terhormat dalam pemerintahan. Ia hanya seorang petani sederhana. Menggapa ia terkenal dikampungnya?

Bapak Simon dikenal warga sekampung karena ia sangat rajin. Bapak Simon mengatur rencana kerja dengan baik. Dia seorang petani yang memiliki tanah yang tidak terlalu luas. Sedangkan, kebanyakan warga kampungnya mempunyai tanah yang lebih luas. Dengan tanah yang dimiliki, bapak Simon menanam banyak tanaman yang baik dan berguna. Dia membagi menjadi tiga bagian, yakni bagian dalam dipagari dan ditanam umbi-umbian dan sayur-mayur  turun-temurun sejak nenek moyang, bagian tengah ditanami keladi, singkong, sayur, dll dan di bagian luarnya ditanami tanaman jangka panjang; buah merah, jeruk, advokat, durian, dan buah-buahan lainnya. Dia sangat rajin merawat semua tanamannya. Karena saking sibuknya memberi pupuk, membersihkan dan memelihara, maka ia tidak punya waktu untuk menyempatkan diri berkelana.

Hasil kebunya lumayan. Dari hasil itu, cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga, tetapi juga ia jual untuk mendapatkan uang. Tanah bapak Simon selalu memberi hasil  yang terbaik. Tanah miliknya itu selalu memberi hasil yang berkelimpahan. Karena itu keluarga Bapak Simon tidak pernah mengalami kelaparan. Padahal orang-orang sekampungnya menderita kelaparan karena tidak mengolah tanah bahkan tanah miliknya dijual kepada orang lain.

Melihat hidup keluarga bapak Simon yang berkecukupan dibanding nasib hidup orang sekampungnya, ada orang yang datang ke rumahnya dan bertanya, katanya: mengapa keluarga bapak Simon selalu berkecupan? "Saya bekerja keras," jawab bapak Simon singkat. Mereka bertanya lagi, katanya: mengapa bapak Simon bekerja keras? "Saya bekerja untuk dua tahun. Dalam satu tahun saya bisa hidup dari umbi-umbian dan sayaur karena saya bekerja bertahap. Tahap pertama sementara dipanen, tahapan berikutnya mulai dikerjakan. Jadi sementara panen, tanaman lainnya mulai tumbuh dan berbuah, sehingga berganti panen tahun ini dan tahun depan," jawab Bapak Simon.

Selain itu, lanjut bapak Simon, saya juga bisa mendapatkan asupan dari hasil buah-buahan. Maka, hasil dari umbi-umbian dan buah-buahan dapat mencukupi hidup keluarga dalam setahun dan sebagiannya kami jual untuk mendapatkan uang untuk keperluan keluarga dan biaya kesehatan serta pendidikan anak-anak. Saya bekerja keras karena siapa tahu tahun depan gagal panen karena kemarau panjang, dimakan binatang buas, dimakan hama dll. Ya…siapa tahu, maka harus ada persiapan sebagai upaya antisipasi, siap sedia, berjaga-jaga agar luput dari kemungkinan buruk yang terjadi. 
Share on Google Plus

About Admin

0 komentar: