Kehadiran Kabupaten sebagai Neraka di Atas Surga

Oleh: Goo Rafael

 
Foto: rri.co.id

Perbandingan sebelum kabupaten dan setelah menjadi kabupaten adalah sesuatu yang amat penting untuk ditelusuri. Hal itu dilakukan untuk membuktikan dua dunia hidup yang berlainan. Pertama, kehidupan sebelum adanya pemekaran kabupaten, sama seperti “Hidup dalam Surga”. Kedua, setelah adanya pemekaran kabupaten, sama seperti “Hidup dalam Neraka”

 
Kehidupan Sebelum Pemekaran Kabupaten
Sebelum kehadiran kabupaten, arti hidup itu dapat dirasakan secara pasti sebagai manusia dalam surganya yang penuh dengan kasih dan damai. Loyalitas hidup pun bisa dirasakan oleh masyarakat akar rumput, tanpa menyepelehkan bagi yang lain, dari sudut pandang mana pun juga. Selanjutnya arah hidup mereka dan pendirian hidupnya masih relevan dengan kenyataan hidup mereka. Artinya mereka mempertahankan apa yang ada pada mereka tanpa dipengaruhi oleh apa dan bagimana pun “Pendirian Tetap”, maka kegunaan serta jati diri mereka dapat mempertanggung-jawabkan kekhasannya.
 
Tidak hanya itu, mereka menjunjung tinggi nilai-nilai hidup mereka. Di antaranya adalah nilai humanisme, nilai kebudayaan, nilai kehidupan sosial, nilai kebersamaan serta kasih sayang yang makin erat. Inipun mendarah daging serta berakar urat dalam setiap sendi hidup mereka. Dengan tujuan yang sama adalah untuk menghormati perikehidupan dan perikemanusiaan sebagai hakikat paling tertinggi, berarti tidak untuk dibunuh mati dan dimarginalisasi melainkan untuk menghargai dan memberdayakannya.
Kehidupan sebelum adanya pemekaran kabupaten, mereka mampu mempertahankan sinergi kehidupan yang bernotabenekan adil, nyaman dan damai tanpa dikecualikan. Dan hal ini patutlah disaluti serta disanggupi dalam bayang-bayang pemekaran kabupaten. Dengan demikian mau dan tidaknya dalam bingkai kabupaten harus bertanggung-jawab kepada kehidupan sebelum adanya pemekaran kabupaten. Adalah hidup yang bertitik tumpuh pada kebersahajaan, persatuan dan mampu mempertahankan kesejatiaan hidup yang ada.

Kehidupan Setelah Adanya Kabupaten
Telah nampak bahwa, oleh adanya pemekaran, di mana-mana telah terjadi-menghilangkan surga yang terpatri. Yang mengakibatkan ketimpangan dan kemelaratan bagi insan-insan hidup yang berdampingan, bersatu kukuh serta kesamaan dalam memiliki dan merasakan sesuatu. Jadinya, runtuh, buyar dan hilang tak berbekas kaki, yang hendak menuju pada kemalangan.
Kehadiran kabupaten juga sebagai batu sandungan dalam hidup bermasyarakat dan berkeluarga. Mengapa? Karena adanya pemekaran membuat perceraian dan keterpecahan antara keluarga, ayah ditinggal pergi dari istri dan anak-anaknya, istri meninggalkan suami dan anak-anaknya dan anak-anaknya melanggar ayah serta ibu kandungnya. Dan lebih lagi, kini terjadi banyak dompet dalam satu keluarga, suami satu dompet, istri satu dompet dan anak-anak mereka pun masing-masing dompet. Yang sebagai arus baliknya untuk memunculkan curiga, dendam dan pemisahan bagi jati diri hidup keluarga yang berkelanjutan dan berkesinambungan.

Kehancuran  Melanda
Jangankan kehancuran fisik dan psikis, kehancuran etika dan moralitas pun terjadi kini dan di sini. Yang dulunya ada penghormatan kepada kemanusiaan dan alam, kini sudah tiada lagi. Yang dulunya hidup dalam kasih dan persaudaraan kini ditepis hingga hilang lumpuh, terjepit oleh kepentingan diri dan kecemburuan sosial yang tebal.
Setidaknya kasih dan persaudaraan mesti ditegakkan. Sementara itu penghormatan kepada manusia dan alam mesti dijunjung tinggi sebagaimana dahulu, sebelum adanya kabupaten. Agar ketimpangan dan kematian serta segala unek-binek bagi kejayaan dan kedaulatan hidup dapat ter-restorasi kembali. Demi mempertahankan keadilan, perdamaian serta keutuhan ciptaan Tuhan.
Share on Google Plus

About Admin

0 komentar: