Tampilkan Budaya, Identitas Diri


Manusia Papua yang berada dalam “ketidaksadaran budayanya” sebagai bentuk “ketidaksadaran identitas dan jati diri”. Dapat dikatakam bahwa mereka masih belum menemukan diri sendiri sehingga masih belum dapat menyelamatkan diri dan budayanya. Kehidupan menggereja  se-regio Papua pun sangat jauh dari nilai-nilai budaya yang ada sehingga pewartaan Kabar Gembira tidak sesuai dengan konteks. Inkulturasi menjadi sebuah pewartaan yang tepat untuk menemukan diri yang sesungguhnya. 


Ketidaksadaran Budaya
Manusia Papua yang sekalipun terdiri dari banyak suku, bahasa dan budaya, pada masa kini terjadilah kontak budaya. Kontak budaya ini terjadi karena orang Papua sendiri tidak menyadari dan mengerti betul tentang budayanya. Mereka tidak lagi mengerti dan membedakan bahwa “saya ini suku apa dan budayaku seperti apa?”. Apabila budaya sendiri saja mereka tidak sadari, apalagi budaya orang lain. Lebih lagi budaya itu dihadapkan dengan budaya dari luar Papua.

OrangAsli Papua mesti mengingat bahwa ketidaksadaran terhadap budaya merupakan sesuatu hal yang fatal, karena itu mengenai identitas dan jati diri sendiri. Ketidaksadaran terhadap budaya merupakan suatu bentuk ketidaksadaran identitas dan jati diri, karena budaya merupakan identitas dan jati diri dari orang yang memilikinya. Di satu sisi, Orang Papua akan terjebak dalam pengaruhnya arus globalisasi yang begitu banyak menawarkan budaya baru yang asing dengan budaya Papua, dan di sisi lain, Orang Papua akan kehilangan budaya dan jati diri jika tidak dipegang dan dalami sejak dini.

Dalam arus modernisasi dan masa globalisasi Orang asli Papua (OAP), orang Papua akan diperhadapkan padapilihan, harus memilih antara mau kehilangan atau mengangkat identitas dan jati dirinya sebagai manusia. Tapi ingat, Penyangkalan terhadap budaya merupakan penyangkalan terhadap diri sendiri. Apabila mereka tidak mengasihi diri sendiri bagaimana bisa mereka mengasihi orang lain. Lebih lagi bagaimana mereka bisa memperjuangkan berbagai pelanggaran terhadap nilai hidup manusia di Papua. Dalam situasi seperti ini, haruskan tutup mata dan tidak melakukan tindakan penyelamatan terhadap budaya yang adalah jati diri orang Papua?

Dubes dan Tanggapannya
Ketika penyambutan MGR Antonio Guido Filipazi Pr di Seminari Tinggi Interdiosesan Yerusalem Baru (STIYB) pada kamis (12/06/15) dimeriahkan dengan busana adat Papua. Para penyambut itu, menunggu sejak pagi sampai sekitar pukul 11.00 wp. Para penyambut itu berarak-arakan, bersama Duta yang hadir menuju depan Sekolah Tinggi Teologi Filsafat “Fajar Timur” (STFT FT). Busana yang memiliki nilai-nilai religious dilihat hanya sebatas keindahan pada saat itu. Nilai-nilai kesakralannya seola-olah tidak ada dan kehilangan maknanya.

Sementara itu, Sore hari di Paroki Kristus Terang Dunia, Waena Jayapura, dalam misa konselebran yang langsung dipimpin oleh DUBES Vatikan dan didampingi P. DR Neles K Tebai Pr dan P. Trismadi Pr  serta para Uskup se-regio Papua, Dubes mengingatkan agar budaya Papua jangan hanya dijadikan sebagai pementasan budaya belaka. Nilai-nilai spiritual budaya itu mesti diangkat.

Ia pun mengambil contoh terhadap mereka yang yang memakai busana adat Papua yang tadinya mengantarnya sampai di depan pintu Gereja.

Beliau mengatakan bahwa ini merupakan contoh yang luar biasa, karena mereka bukan hanya sampai di depan pintu dan pulang tetapi mereka juga masuk dan mengikuti misa di dalam gereja. Kalau demikian, nilai inkulturasinya sesuai dengan yang diajarkan Gereja Katolik Universal.

Budaya Papua, jangan hanya jadi pementasan dengan menghilangkan makna dan nilai yang sudah ada dan eksis sejak duluh sebelum mengenal agama resmi (katolik, protestan, dll). Hampir semua orang Papua mengerti dan mengenal agama resmi ini, maka inkulturasi mendapat peran penting dalam pengembangan nilai-nilai dan rasa kesakralannya. Dengan demikian, Orang-orang yang melakukan suatu kegiatan (seperti pementasan, pertunjukan, penyambutan, dll) dengan memakali busana adat, mereka juga mesti menunjukkan nilai-nilai budaya dan rasa kesakralan mereka dengan meng-inkultirasi-kannya dalam iman kepercayaan mereka demi menemukan diri yang sebenarnya. (Silvester Dogomo)
Share on Google Plus

About Admin

0 komentar: