Peralihan Bahasa

DARI BAHASA DAERAH, KEMUDIAN BAHASA NASIONAL, AHIRNYA BAHASA INTERNASIONAL

Dapatkah Generasi Kita Mempertahankan Bahasa Daerah atau Bahasa Ibu Ditengah Ramainya Globalisasi?

Dari sekian banyak unsur budaya, bahasa merupakan salah satu unsur budaya yang sangat penting. Karena Bahasa merupakan alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat), dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan bicaranya atau orang lain. Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat istiadat, tingkah laku, tata krama masyarakat, dan sekaligus mudah membaurkan dirinya dengan segala bentuk masyarakat.

Bahasa memiliki beberapa fungsi yang dapat dibagi menjadi fungsi umum dan fungsi khusus. Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat untuk berekspresi, berkomunikasi, dan alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial. Sedangkan fungsi bahasa secara khusus adalah untuk mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari, mewujudkan seni (sastra), mempelajari naskah-naskah kuna, dan untuk mengeksploitasi ilmu pengetahuan dan teknologi, (dikutip dari internet http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya).

Selepas melihat makna dan fungsi bahasa tersebut di atas, maka kita perlu melihat kembali proses perkembangan bahasa yang notabene pada awalnya menggunakan bahasa daerah masing-masing dari setiap suku-bangsa yang ada di seluruh penjuru dunia ini. Hal ini sangat erat kaitannya dengan ketertutupan suatu suku-bangsa terhadap dunia luar dan tidak ada manusia yang melakukan petualangan ke dunia luar. Intinya bahwa saat itu tidak ada perkembangan di bidang “Tripple T” (Tranportation, Telecommunication, and Tecnhology) seperti yang saat ini kita rasakan. Sehingga di mana-mana masih menggunakan bahasa daerahnya masing-masing dan sangat kental dengan budayanya.

Hari demi hari manusia mengalami perkembangan, baik dalam hal pola pemikiran, tingkah laku maupun tindakan menciptakan sesuatu yang baru (new thing). Dari sinilah manusia mulai menjelajahi bumi, dan akhirnya nenemukan suku-bangsa lain di luar sana dan membentuk negara baik berdasarkan perjanjian, persamaan histories, entitas (kesatuan) etnis, penaklukan, dan lain sebagainya. Maka di sana mereka menyepakati dan menentukan bahasa nasional berdasarkan proses perjuangan yang sangat panjang. Misalnya, Amerika yang saat ini memiliki bahasa nasional hanya setelah 18 Mei 2006. Sebelumnya AS tak punya bahasa nasional. Jadi, 230 tahun setelah merdeka. Perjuangan menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa nasional tidaklah mudah. Dalam pemungutan suara banyak juga anggota Senat yang mengingini hal lain: kemajemukan bahasa seperti juga kemajemukan etnisitas di negeri itu. Di AS memang duduk orang-orang dari pelbagai etnisitas. Dipakai pula berbagai bahasa di sana. Tak heran bila pernah muncul lagu kebangsaan berbahasa Spanyol. Tahun 1981 adalah awal gerakan menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa nasional. Mereka terus berjuang dari tahun ke tahun. Penentang mereka terutama warga negara berhahasa Spanyol. Bangkitnya neokonservatif memuluskan perjuangan bahasa nasional. Apalagi Presiden Bush cenderung ke arah itu. Puncaknya adalah disetujuinya bahasa Inggris sehagai bahasa nasional.

Begitu pun munculnya bahasa Indonesia sendiri tidaklah tiba-tiba. Awalnya para pedagang di pelabuhan-pelabuhan Nusantara menggunakan bahasa Melayu untuk berkomunikasi. Jakarta, Pontianak, Banjarmasin, Manado, Makassar, Ternate, dan Ambon adalah pelabuhan tempat pedagang singgah. Di situ berkembang bahasa Melayu dengan kekhasan setempat: bahasa Betawi (Jakarta), bahasa Manado (Manado), bahasa Banjar (Banjarmasin), Melayu Makassar (Makassar), dan bahasa Melayu Ambon (Ambon).

Namun di sisi lain bahasa nasional mengundang perasaan terasing dan kurang nyaman rasanya, jika kita sedang berkumpul dan tiba-tiba ada orang yang merasa lebih enak berbincang dengan rekan lainnya menggunakan bahasa daerah. Mungkin ada hal-hal tertentu yang lebih enak dibicarakan dalam bahasa daerah, yang mungkin kurang pas kalau didengar semua.

Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah bahwa dapatkah generasi kita mempertahankan bahasa daerah atau bahasa ibu ditengah ramainya globalisasi? Hal utama yang patut kita pikirkan saat ini, jika kita hendak mewariskan bahasa daerah atau bahasa ibu adalah sejauh manakah diri pribadi kita mengenal dan menguasainya. Karena menurut pantauan kami, bahkan kita semua telah mengetahui bersama bahwa kebanyakan masyarakat Papua pada umumnya dan suku Mee pada khususnya yang telah berdomisili di wilayah perkotaan, dimana kehidupan masyarakatnya yang telah mengalami perbauran budaya dari berbagai suku-bangsa yang ada di Indonesia. Maka mau dan tidak anak-anak mereka akan terpengaruh keadaan lingkungan di sekitarnya yang pada umumnya menggunakan bahasa nasional, yakni bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi di dalam keseharian hidupnya. Sehingga tanpa disengaja anank-anaknya telah melupakan bahasa daerahnya sendiri. Hal ini telah terjadi, karena orang tuanya belum menyadari akan pentingnya bahasa daerah.

Apabila generasi kita banyak orang terombang-ambing dalam upaya nasionalisasi bahasa Indonesia, anak-anak kita atau generasi berikutnya akan sama sekali melupakannya bahkan akan melupakan bahasa nasionalnya. Maka kita bisa memunculkan sebuah pertanyaan yang bersifat prediktif, yakni jika bahasa nasional (bahasa Indonesia) menjadi biang musnahnya bahasa daerah akankah bahasa internasional yakni bahasa Inggris selain bahasa menjadi giliran berikutnya? Tentunya akan seperti itu. Anggapan kami bahwa kita yang belum mengenal bahkan menguasai bahasa daerah adalah layak seorang asing yang baru saja bertemu suatu kelompok masyarakat yang sebelumnya tak pernah tahu dan mengenalnya.

Akhirnya disini kami tegaskan bahwa kita yang sama sekali belum mengenal serta menguasai bahasa daerah kita mestinya kembali ke habitat kita, dalam artian bahwa harus belajar bahasa daerah kepada teman-teman kita yang sering menggunakannya, tapi alangkah baiknya kita sendiri yang mestinya terjun ke kampung karena di sanalah masih tersimpan budaya – dalam hal bahasa – walaupun telah mengalami perkembangannya dan perubahan bahasa dari keasliannya. Dan kita yang mengenal dan sering menggunakan bahasa daerah harus lebih menguasainya secara mendalam.Siapa lagi kalau generasi kita yang memulainya?

SEMOGA....!!!
Share on Google Plus

About Admin

1 komentar:

katiputka said...

benar sekali.....saya pribadi hanya bisa mendengar bahasa,itupun tidak semuanya saya mengerti untuk berbicara membalasnya saya tidak bisa...