Tentu setapak jalan itu akan kita
lalui. Setapak jalan yang membelah punggung gunung. Pasti saja gunung
itu merupakan gunung tertinggi di dunia ini. Dan di atas sana, di puncak
gunung, akan kita beristirahat, melepas lelah.
Tak
ada yang berlebihan, kita-lah sang petualang, yang berpetualang
sepanjang waktu. Kita-lah perintis jalan petualang itu. Merintis jalan
menjadi setapak jalan hingga kita berhenti dimana kita merasa tak
sanggup berpetualang lagi.
Barangkali
kita memiliki kebebasan untuk merintis jalan kita masing-masing. Tak
seorang pun boleh memaksakan kehendaknya. Mungkin kita merintis jalan
lurus. Mungkin pula jalan berliku. Boleh saja kita berpencar merintis
jalan masing-masing, asalkan kita menggapai puncak gunung itu. Dan itu
pasti bagi kita.
Di
atas puncaknya akan kita membangun perkemahan. Berkemah sepanjang siang
dan malam dalam kebahagian. Kebahagian yang tak pernah kita rasakan
sebelumnya, sepanjang petualangan yang telah dan akan kita lalui. Di
sana pula kita akan memandang pesona alam yang ada di dunia ini.
(Vitalis Goo)
0 komentar:
Post a Comment