Berawal dari Imaginasi

Coba bayangkan, jika kita bepergian ke suatu tempat secara kebetulan saja, tanpa tujuan yang jelas. Kita seakan hanya sebuah benda mati yang terbang kemana saja mengikuti arah angin. Diterbangkan hembusan angin dan mendarat dimana saja. Kita juga seolah-olah menjadi zombie (mayat hidup) yang tak punya akal untuk merencanakan atau berpikir dahulu sebelum melakukan sesuatu. Tapi kalau kita bepergian dengan sebuah tujuan yang jelas dan dipikirkan secara matang sebelum berangkat, maka tujuan itu akan tercapai.

Sama halnya juga dalam menulis. Kita mesti akan diperhadapkan pada sebuah dunia yang yang lain, dimana kita butuh daya imaginasi yang kuat dan atau konsentrasi untuk menggambarkan keseluruhan dari apa yang bakal kita tulis. Setelah menggambarkan topik yang hendak ditulis, tentu saja dengan tujuan tertentu, mulailah kita melangkah keluar dan berjalan atau menulis sesuai tujuan atau topik yang telah ditentukan sebelumnya.

Untuk menulis novel atau cerita pendek, kita juga mestinya berimaginasi dahulu seperti apa jalan ceritanya agar mengalir bagai sungai, tokoh-tokoh dalam cerita. Setelah berpikir sepintas jalan cerita dan tokoh-tokohnya, mulailah kita menulis seturut gambaran atau bayangan yang telah muncul dalam imaginasi kita. Kemudian kita juga harus berimaginasi untuk menggambarkan kondisi alam dan sifat dan karakteristik dari para tokoh dalam cerita agar tulisan kita hidup.

Agar tulisan kita tidak monoton, kita juga mesti menguraikannya dari berbagai sudut pandang yang saling berkaitan satu sama lain. Paling tidak, sama halnya ketika kita berpergian kita harus menyapa orang-orang yang kita jumpai di tengah jalan agar tidak dianggap orang gila atau orang yang cuek. Dan tujuan kita menulis untuk menghibur dan atau menjadi manfaat bagi orang lain akan tercapai. Segalanya berawal dari imaginasi. (Vitalis Goo)
Share on Google Plus

About Admin

0 komentar: